Aneka sejarah tubagus :
-Gelar tubagus adalah 'sejenis' gelar 'sayyid' untuk keturunan rasulullah yg khusus di banten, kalo di arab saudi mungkin ada gelar 'habib' dan di iran mungkin ada 'sayyid' di banten ada 'tubagus'.
-gelar tubagus dan ratu, itu adalah
'sejenis' gelar 'sayyid' untuk keturunan rasulullah
yg khusus di banten, kalo di arab saudi mungkin ada gelar 'habib' dan di iran mungkin ada 'sayyid' di banten ada 'tubagus', ini bukan gelar kebangsawanan, tapi supaya yg punya gelar selalu terikat dengan rasul,sehingga diharapkan selalu meneladani beliau. setiap keturunan sultanhasanudin adalah berarti keturunan rasul juga, sebab ayah sultah hasanuddin (maulana syarif hidayatullah) adalah keturunan rasul dan
satu-satunya dari wali songo (yg keturunan rasul). Pada syarif hidayatullah mengalir dua darah utama, yakni dari rasulullah dari ayahnya, sedangkan dari ibunya mengalir darah penguasa padjajaran (adik prabu siliwangi kalo tidak salah,namanya Nyi Rarang Santang yang telah menjadi muslimah). katanya utk mengetes seorang itu tubagus atau bukan suruh saja menunjukkan silsilahnya, kalo dia tubagus asli...katanya silsilah ini terus dipelihara sehingga nyambung ke maulana hasanudian atau ke syarif hidayatullah. jadi jangan memahami tubagus sebagai gelar kebangsawanan, itu hanya gelar utk keturunan rasul yg ada di banten. dan gelar itu bukan utk menyombongkan diri, tapi supaya mereka malu...kalo berbuat maksiat, sebab pada darah mereka mengalir darah rasul, makhluk Allah yangpaling dicintaiNya. dan sekali lagi itu katanya :-)
-gelar Tubagus atau Ratu merupakan gelar peninggalan juragan-juragan demang/adipati di Banten (Rangkas, Pandeglang, dan Serang). Maklum jaman baheula gelar macam itu sangat penting untuk menjustifikasi garis keturunan darah biru.
-1426 M Sinuhun Sayidina Syaryf Hidayatullah Mahdumdjati Tjirebon, berputra
( ke 4 ) Ratu Mas Ayu Pakuan Dyah bersuami Pangeran Paseh/Patahilah
Khan/Patahilah ( 1527 M ) dan berputra Ratu Ayu yang menikah dengan Pangeran
Djaya Ki Gedeng Angke......
Sinuhun Saydina Syarif Hidayatullah Mahdumdjati Tjirebon berputra ( 1468 M )
Pangeran Sabda KingKing Sorasowan Sultan Maulana Hassanudin Panembahan
Surosowan ( cikal bakal kesultanan Banten )
Silsilah yang aku miliki termasuk unik, karena diatas nya sekali adalah Adam
dan Hawa, dan silsilah ini bisa dibilang tidak ada di luaran, jadi mengenai
kebenaran nya tidak bisa di bukti kan.
Yang jelas silsilah keluarga ini disusun secara turun temurun dari keluarga
Banten, sedang untuk keluarga Cirebon bisa dibilang hanya sampai 5
keturunan dan itupun tidak semua komplit.
Pernah aku tanya mengenai silsilah yang dimiliki oleh penulis silsilah
dengan apa yang tertulis di buku2 yang sudah ada dimasyarakat perbedaannya
dimana saja, dijawab sederhana : bakal banyak bedanya karena sejak
Kesultanan Tjirebon berperang dengan VOC bisa dibilang anak keturunan
Kesultanan Tjirebon banyak yang di adu domba dan mengakibatkan penulisan
silsilah menjadi terganggu, belum lagi adanya oknum yang di masuk kan
kedalam silsilah sehingga bisa terjadi perbedaan pada keturunan2 setelah VOC
menguasai kesultanan Tjirebon dan Banten.
Penulis silsilah di tunjuk tidak semata-mata asal tunjuk, selain di beri
warisan data, juga kemampuan untuk mengetahui 'seseorang' ini keturunan
Tjirebon/Banten tidak nya.........unik memang.
-Fatahilah di tahun 1527M, berputra/i 4 orang salah satunya Ratu Ayu yang menikah dengan Pangeran Djaya Ki Gedeng Angke......
dari pasangan ini ber cucu Pangeran Djayakarta dan Pangeran Surya.Demikian sekilas tambahan info dari kertas silsilah keluaran Banten.
Gelar Tubagus tidak tertulis di silsilah keturunan Fatahilah, dimana>untuk pria mendapat gelar Pangeran sedang Perempuannya Ratu.Tubagus setingkat dengan Pangeran.
-Nama Fatahillah atau kadang-kadang disebut Faddillah Khan, Faletehan dari Pasei atau Tagaril seperti disebutkan oleh orang Portugis, disebutkan dalam catatan sejarah sebagai panglima pasukan Cirebon yang merebut Sunda Kelapa di tahun 1527. Tetapi sampai kinii masih belum ada kesepakatan atau kepastian sejarah identitassebenarnya Fatahillah tersebut.
Sejauh ini namanya disebutkan sebagai panglima yang ikut merebut Banten lalu kemudian merebut Sunda Kelapa ( Jakarta ) dari tangan
Raja Pakuan Pajajaran (kerajaan Sunda) dengan bantuan tentara dari
Demak. Selain itu juga ia disebutkan dalam naskah Carita Caruban menikah dengan puteri Sunan Gunung Jati dan dimakamkan dekat makam Sunan Gunung Jati di Cirebon dengan nama Tubagus Pase.
Menurut Hoesein Djajadiningrat dalam bukunya (Tinjauan Kritis Sajarah Banten) menyebutkan Fatahillah identik dengan Sunan Gunungj Jati (Nurullah), sedangkan menurut naskah `Carita Purwaka Caruban Nagari " yang ditulis sekitar tahun 1720 itu, disebutkan bahwa Fatahillah berbeda dengan Sunan Gunung Jati.
Tetapi beberapa sejarawan meragukan nilai historisnya naskah CaritaCaruban ini, karena dianggap penuh mitos dan dan bertendensimelegitimasikan kesultanan Cirebon , serta ditulis 200 tahun setelahperistiwa sejarah itu terjadi. (Sejarah Indonesia Modern, 1200-2004, M.C. Riclefs, hal 92 ).Saya sendiri belum pernah mendapatkan informasi atau catatan sejarah tentang silsilah putera-puteri dari Fatahilah tersebut yang disebutkan sebagai kakek dari Pangeran Jayakarta itu. Apakah dapat
disebutkan sumbernya ? karena cukup menarik untuk diketahui .Sampai kini para sejarawan pada umumnya (Prof. Dr. Hasan MuarifAmbary, Dr. Uka Tjandrasasmita, Dr. Nina Lubis, Drs. Halwany Michrob,A. Heuken SJ, dll) sependapat dengan Hoesein Djajadiningrat
(Tinjauan Kritis Tentang Sajarah Banten, 1913), bahwa "Ratu Bagus Angke" adalah menantu dari Sultan Maulana Hasanuddin dari Banten (1552-1570) yang menikah dengan salah satu puterinya (Ratu
Pambayun). Sultan Hasanuddin sendiri adalah putera dari Sunan Gunung Jati, yang didalam Sejarah Banten disebut sebagai Sultan pertama Banten.
Versi resmi sejarah kota Jakarta juga menyebutkan hal yang sama seperti yang ditulis di "Jakarta Dari Tepian Air Ke Kota Proklamasi"yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Kusus Ibukota Jakarta, Dinas Museum Dan Sejarah,1988 serta buku kumpulan makalah diskusi yang
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Jakartaditahun 1997 ("Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutera"). Ratu Bagus Angke, atau Ra(Tu)bagus Angke, dinamakan mengikuti
toponinym (toponimi) setempat yaitu daerah kali Angke, dan nama Angke sendiri berasal dari bahasa Tionghoa, seperti sejarawan Denys
Lombard menulisnya. Hal ini dimungkinkan karena orang Tionghoa sudahada di Jakarta di abad ke 16 itu. Di Banten sendiri sudah ada orangTionghoa sejak abad ke 12 dan 13 (The Sulanate of Banten, Claude Guillot).
Dalam bahasa Indonesia sendiri toponimi Angke hampir tidak pernah dijumpai ditempat lain dan sering seseorang dinamakan berdasarkan sebutan toponiminya, seperti sebutan Sultan Ageng Tirtayasa (1651- 1682). Tirtayasa adalah nama sebuah desa dekat Serang , dimana ia
mendirikan keraton baru dan tempat mengasingkan diri sementara didesa tersebut.
Nama Ratu untuk seorang bangsawan laki mungkin agak membingungkan,
karena biasanya nama Ratu diasosiasikan dengan nama seorang wanita.
Tetapi dalam sejarah Indonesia, hal ini sering ditemukan sebagainama gelar.
Seperti seorang bangsawan Banten bernama "Ratu Bagus Buang" bersamaguru agama Kiai Tapa (namanya diabadikan sebagai nama jalan di Grogol sekarang) pada tahun 1750 melakukan pemberontakan terhadap
Ratu Syarifah Fatimah (keturunan Arab) dan Pangeran Syarif, sebagai penguasa Banten yang didukung oleh VOC ketika itu.
Ketika pada tahun 1750 itu, dan baru sepuluh tahun peristiwa pembantaian orang Tionghoa terjadi (1740), Angke menjadi lagi sasaranpenghancuran lagi, ketika pasukan Kiai Tapa bergerak maju ke Batavia dan menghancurkan wilayah pinggiran kota yang bernama Angke (Nusa Jawa: Silang Budaya 1, hal 65, Denys Lombard). Kejadian seperti ini
terulang kembali pada Mei 1998, dimana kawasan Angke menjadi salahatu sasaran awalnya.
Didepan nama Ratu juga sering ditambahkan dengan gelar Pangeran atau Panembahan sebagai gelar, seperti keturunan Sunan Gunung Jati yang
menjadi Sultan di Cirebon seperti Panembahan Ratu I n Panembahan Ratu II.
Imam pertama Masjid Demak yang konon Pangeran Bonang (anak Sunan
Ngampel Denta yang konon disebutkan sebagai keturunan Tionghoa)
dipanggil "Pangeran Ratu" di Demak (Kerajaan Islam Pertama Di Jawa,H.J. De Graff & TH. Pigeaud). Anak-anak dari Pangeran Jayakarta juga dinamakan dengan nama Tubagus, seperti Tubagus Arya Suta dan Tubagus Wekas (Tinjauan Kritis Sajarah Banten)
Silsilah Keturunan Sultan Banten
SYARIF HIDAYATULLAH - SUNAN GUNUNG JATI Berputera :
1. Ratu Ayu Pembayun.
2. Pangeran Pasarean
3. Pangeran Jaya Lelana
4. Maulana Hasanuddin
5. Pangeran Bratakelana
6. Ratu Wianon
7. Pangeran Turusmi
PANGERAN HASANUDDIN - PANEMBAHAN SUROSOWAN(1552-1570) Berputera :
1. Ratu Pembayu
2. Pangeran Yusuf
3. Pangeran Arya Japara
4. Pangeran Suniararas
5. Pangeran Pajajara
6. Pangeran Pringgalaya
7. Pangeran Sabrang LorPangeran
8. Ratu Keben
9. Ratu Terpenter
10. Ratu Biru
11. Ratu Ayu Arsanengah
12. Pangeran Pajajaran Wado
13. Tumenggung Wilatikta
14. Ratu Ayu Kamudarage
15. Pangeran Sabrang Wetan
MAULANA YUSUF PANEMBAHAN PAKALANGAN GEDE(1570-1580) Berputra :
1. Pangeran Arya Upapati
2. Pangeran Arya Adikara
3. Pangeran Arya Mandalika
4. Pangeran Arya Ranamanggala
5. Pangeran Arya Seminingrat
6. Ratu Demang
7. Ratu Pecatanda
8. Ratu Rangga
9. Ratu Ayu Wiyos
10. Ratu Manis
11. Pangeran Manduraraja
12. Pangeran widara
13. Ratu Belimbing
14. Maulana Muhammad
MAULANA MUHAMMAD PANGERAN RATU ING BANTEN(1580-1596)Berputra :
1. Pangeran Abdul Kadir
SULTAN ABUL MAFAKHIR MAHMUD 'ABDUL KADIR KENARI(1596-1651)Berputra :
1. Sultan 'Abdul Maali Ahmad Kenari(Putra Mahkota)
2. Ratu Dewi
3. Ratu Ayu
4. Pangeran Arya Banten
5. Ratu Mirah
6. Pangeran Sudamanggala
7. Pangeran Ranamanggala
8. Ratu Belimbing
9. Ratu Gedong
10. Pangeran Arya Maduraja
11. Pangeran Kidul
12. Ratu Dalem
13. Ratu Lor
14. Pangeran Seminingrat
15. Ratu Kidul
16. Pangeran Arya Wiratmaka
17. Pangeran Arya Danuwangsa
18. Pangeran Arya Prabangsa
19. Pangeran Arya Wirasuta
20. Ratu Gading
21. Ratu Pandan
22. Pangeran Wirasmara
23. Ratu Sandi
24. Pangeran Arya Jayaningrat
25. Ratu Citra
26. Pangeran Arya Adiwangsa
27. Pangeran Arya Sutakusuma
28. Pangeran Arya Jayasantika
29. Ratu Hafsah
30. Ratu Pojok
31. Ratu Pacar
32. Ratu Bangsal
33. Ratu Salamah
34. Ratu Ratmala
35. Ratu Hasanah
36. Ratu Husaerah
37. Ratu Kelumpuk
38. Ratu Jiput
39. Ratu Wuragil
PUTRA MAHKOTA SULTAN 'ABDUL MA'ALI AHMAD, Berputera:
1. Abul Fath Abdul Fattah
2. Ratu Panenggak
3. Ratu Nengah
4. Pangeran Arya Elor
5. Ratu Wijil
6. Ratu Puspita
7. Pangeran Arya Ewaraja
8. Pangeran Arya Kidul
9. Ratu Tinumpuk
10. Ratu Inten
11. Pangeran Arya Dipanegara
12. Pangeran Arya Ardikusuma
13. Pangeran Arya Kulon
14. Pangeran Arya Wetan
15. Ratu Ayu Ingalengkadipura
SULTAN AGENG TIRTAYASA -'ABUL FATH 'ABDUL FATTAH(1651-1672)Berputra :
1. Sultan Haji
2. Pangeran Arya 'abdul 'Alim
3. Pangeran Arya Ingayudadipura
4. Pangeran Arya Purbaya
5. Pangeran Sugiri
6. Tubagus Rajasuta
7. Tubagus Rajaputra
8. Tubagus Husaen
9. Raden Mandaraka
10. Raden Saleh
11. Raden Rum
12. Raden Mesir
13. Raden Muhammad
14. Raden Muhsin
15. Tubagus Wetan
16. Tubagus Muhammad 'Athif
17. Tubagus Abdul
18. Ratu Raja Mirah
19. Ratu Ayu
20. Ratu Kidul
21. Ratu Marta
22. Ratu Adi
23. Ratu Ummu
24. Ratu Hadijah
25. Ratu Habibah
26. Ratu Fatimah
27. Ratu Asyiqoh
28. Ratu Nasibah
29. Tubagus Kulon
SULTAN ABU NASR ABDUL KAHHAR - SULTAN HAJI (1672-1687) Berputra :
1. Sultan Abdul Fadhl
2. Sultan Abul Mahasin
3. Pangeran Muhammad Thahir
4. Pangeran Fadhludin
5. Pangeran Ja'farrudin
6. Ratu Muhammad Alim7. Ratu Rohimah
8. Ratu Hamimah
9. Pangeran Ksatrian
10. Ratu Mumbay (Ratu Bombay)
SULTAN ABUDUL FADHL (1687-1690) Berputra :
- Tidak Memiliki Putera
SULTAN ABUL MAHASIN ZAINUL ABIDIN(1690-1733 ) Berputra :
1. Sultan Muhammad Syifa
2. Sultan Muhammad Wasi'
3. Pangeran Yusuf
4. Pangeran Muhammad Shaleh
5. Ratu Samiyah
6. Ratu Komariyah
7. Pangeran Tumenggung
8. Pangeran Ardikusuma
9. Pangeran Anom Mohammad Nuh
10. Ratu Fatimah Putra
11. Ratu Badriyah
12. Pangeran Manduranagara
13. Pangeran Jaya Sentika
14. Ratu Jabariyah
15. Pangeran Abu Hassan
16. Pangeran Dipati Banten
17. Pangeran Ariya
18. Raden Nasut
19. Raden Maksaruddin
20. Pangeran Dipakusuma
21. Ratu Afifah
22. Ratu Siti Adirah
23. Ratu Safiqoh
24. Tubagus Wirakusuma
25. Tubagus Abdurrahman
26. Tubagus Mahaim
27. Raden Rauf
28. Tubagus Abdul Jalal
29. Ratu Hayati
30. Ratu Muhibbah
31. Raden Putera
32. Ratu Halimah
33. Tubagus Sahib
34. Ratu Sa'idah
35. Ratu Satijah
36. Ratu 'Adawiyah
37. Tubagus Syarifuddin
38. Ratu 'Afiyah Ratnaningrat
39. Tubagus Jamil
40. Tubagus Sa'jan
41. Tubagus Haji
42. Ratu Thoyibah
43. Ratu Khairiyah Kumudaningrat
44. Pangeran Rajaningrat
45. Tubagus Jahidi
46. Tubagus Abdul Aziz
47. Pangeran Rajasantika
48. Tubagus Kalamudin
49. Ratu SIti Sa'ban Kusumaningrat
50. Tubagus Abunasir
51. Raden Darmakusuma
52. Raden Hamid
53. Ratu Sifah
54. Ratu Minah
55. Ratu 'Azizah
56. Ratu Sehah
57. Ratu Suba/Ruba
58. Tubagus Muhammad Said (Pg. Natabaya)
SULTAN MUHAMMAD SYIFA' ZAINUL ARIFIN (1733-1750) Berputra :
1.Sultan Muhammad 'Arif
2. Ratu Ayu
3. Tubagus Hasannudin
4. Raden Raja Pangeran Rajasantika
5. Pangeran Muhammad Rajasantika
6. Ratu 'Afiyah
7. Ratu Sa'diyah
8. Ratu Halimah
9. Tubagus Abu Khaer
10. Ratu Hayati
11. Tubagus Muhammad Shaleh
SULTAN SYARIFUDDIN ARTU WAKIL(1750-1752 )
- Tidak Berputera
SULTAN MUHAMMAD WASI' ZAINUL 'ALIMIN(1752-1753)
- Tidak Berputera
SULTAN MUHAMMAD 'ARIF ZAINUL ASYIKIN(1753-1773) Berputra :
1. Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliyudin
2. Sultan Muhyiddin Zainusholiohin
3. Pangeran Manggala
4. Pangeran Suralaya
5. Pangeran Suramanggala
SULTAN ABUL MAFAKHIR MUHAMMAD ALIYUDDIN(1773-1799) Berputra:
1. Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin
2. Sultan Agilludin (Sultan Aliyuddin II)
3. Pangeran Darma4. Pangeran Muhammad Abbas
4. Pangeran Muhammad Abbas
5. Pangeran Musa6. Pangeran Yali7. Pangeran Ahmad
SULTAN MUHYIDDIN ZAINUSHOLIHIN(1799-1801) Berputra :
1. Sultan Muhammad Shafiuddin
Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin (1801-1802)
Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803)
Sultan Agilludin (Sultan Aliyuddin II) (1803-1808)
Sultan Wakil Pangeran Suramanggala (1808-1809)
Sultan Muhammad Syafiuddin (1809-1813)
Sultan Muhammad Rafiuddin (1813-1820)
0 comments:
Post a Comment