Ormas Laskar banten - Postingan | Facebook
src="https://iklangratistanpadaftar.com/images/bnrs/banner_atas_kanan.gif" title="Space Iklan Kami" />

Tuesday, 14 February 2017

Prabu Siliwangi dan lahirnya kerajaan Banten dan Cirebon Cerita munculnya kerajaan Banten dan Cirebon (2) dari silsilah asal-usul istimewa kedaerahan Indonesia/ dari silsilah keturunan Raja bumiputera di Indonesia Bunyi pasal 18 UUD 45 BAB OTONOMI DAERAH dari pembuatan Presiden Ir. Soekarno: pemerintah, MPR/DPR wajib memandang hak asal-usul istimewa kedaerahan. Menurut sejarah Banten, Putera Prabhu Siliwangi Maharaja tatar Sunda memiliki anak dari kentring Manik Mayang Sunda, yang merupakan anak dari Prabhu susuk tunggal. Yaitu Prabhu Sanghyang Surawisesa Raja di Pakuan, dan Sang Surosowan di jadikan Dipati pesisir Banten. Jelasnya dari perbandingan sejarah Banten dan Cirebon, Prabhu Siliwangi telah berisiteri duluan dan memiliki anak lebih dulu dari kentring Manik Mayang Sunda, puteri Prabhu Susuk Tunggal. Sebelum menikah dengan Rara Subanglarang. Tapi di sejarah Cirebon, karena penulisnya Pangeran Cirebon, di tutupi keterangan mengenai para Sang Gunungsepuh putera-putera pertama Prabhu Siliwangi dari isteri pertama ini. Hingga yang kelihatan sulungnya dan pewaris putera mahkota satu-satunya Pajajaran, ialah Pangeran Cakrabuana. Tapi dari sejarah Banten belum penulis temukan data rinci urutannya siapa yang putera sulung atau putera kedua di antaranya. Setahu penulis dari blog aki balangtrang, Maulana Hasanuddin dari cucu Sang Surosowan juga di gelari Gunungsepuh. Sang Surosowan mempunyai 2 orang anak, Sang Arya Surajaya dan Ni Kawung Anten. Menurut sejarah Cirebon, salah seorang putera mahkota terakhir dari kerajaan Pakuan Pajajaran ( dari pernikahan Prabhu Siliwangi-Rara Subanglarang) yang bernama Pangeran Cakrabuana beserta adik dan isterinya yang telah memeluk agama Islam yang masing-masing bernama Rara Santang dan Indhang Ayu membangun dukuh di kebon Pesisir ini. Yang semula kelak di sebut “Syarumban” yang berarti pusat / centrum dari percampuran penduduk dari berbagai daerah, yang selanjutnya di sebut ” Caruban”, Carbon, Cerbon, Crebon, kemudian Cirebon. Oleh penduduknya di sebut Negara Gede, yang kemudian di ucapkan menjadi Garage atau Grage. Sedangkan oleh para Wali Sanga Cirebon di sebut NegaraPuser Bumi, negara yang terletak di tengah-tengah pulau Jawa. Membangun dukuh ini terjadi pada 1 Sura 1445 m., oleh Pangeran Cakrabuana. Tahun ini di dapat dari sejak keluarnya Pangeran Cakrabuana beserta adiknya Rara Santang dari istana Pakuan Pajajaran pada tahun 1442 m., selama 9 bulan dalam perkelanaannya dan Pangeran Cakrabuana waktu berguru di pengguron Islam Syekh Nurul Jati di gunung Amparan Jati 2 tahun. Pada tahun 1479 m. dari Keraton Pakungwati, Pangeran Cakrabuana sebagai penguasa Cirebon menyerahkan kekuasaannya pada Sunan Gunung Jati/ Syarif Hidayatuloh, seorang kemenakan dari putera adiknya, Nyai Rara Santang. Setelah wafatnya Prabhu Siliwangi di 1482 m. Juga setelah di datangi oleh puteranya Pangeran Cakrabuana, Pangeran Sengara dan cucunya Ki Sunan Gunung Jati, setelah bersama pasukan kuningan menggempur Raja Galuh. Kemudian takhta kerajaan jatuh pada Pangeran Cakrabuana. Pangeran Cakrabuana, kemuduan menyerahkan takhta kerajaan pada kemenakannya, Syarif Hidayatuloh. Dan pada kenyataan sejarah semasa, masih bertakhta Raja Surawisesa di kerajaan Pakuan Pajajaran. Peristiwa-peristiwa sejarah ini juga membuktikan bahwa kekuasaan Islam di penelusuran sejarah, juga di tegakkan dengan pedang dan kekerasan. Bukan sekedar penetration pacifique. Buktinya di kenyataan kini terefleksi misal dengan FPI dan jaringannya. Padahal di sejarahnya, di tuliskan Islam masuk ke Indonesia dengan penetration pacifique, dan memang benar pada proses awalnya Bahkan hingga di masa Ketua I Wali Songo, Sunan Ampel. Tapi memasuki fase perebutan kekuasaan Raja, dan darah muda bangsawan Pajajaran-Mojopahit-umat Islam, mulai dengan senjata dan kekerasan. Darah muda ini punya urat muda revolusi. Apalagi ketika di masa Prabhu Mojopahit dan Pajajaran yang berkuasa hingga tua, juga tidak menghasilkan pemerintahan yang baik dan mensejahterakan segenap rakyat. Dan pemerintahannya juga di lingkupi korupsi, termasuk oleh pembesarnya di sekitarnya. Dan potensi pemuda, kurang di prasaranai, apalagi Pangeran muda Pajajaran-Mojopahit sebagai kerajaan yang berkuasa di Indonesia dan Asia Tenggara di curangi jatah hak bangsawan gunung sepuh, hak istimewanya, tapi Pemimpin dan pembesar tua, anggota Dewan pemerintah hidup berkemewahan, bahkan cuma untuk memberi pada keluarganya saja. Maka terjadi pergerakan untuk melengserkan keprabonnya yang buruk. Cuma bedanya dulu penggunaan sanksi kekerasan cuma hak otonomi istimewa kedaerahan/ karena kekuasaan politik Raja-raja/ putera mahkota kerajaan Islam, sesuai hak otonomi istimewanya. Kini lebih liar dengan terdapatnya aksi-aksi ormas, yang bahkan kadang sembarangan/ semena-semena, atau jadi muncul/ banyak kekuasaan liar, yang bahkan di luar konstitusi UUD 45 NKRI. Dan Wali Songo dulu, bahkan beserta anak-anaknya yang juga menjadi Raja-raja Jawa masih menghormati ajaran Ketua I Wali Songo, Sunan Ampel, untuk memelihara perdamaian, dan Islam bukan sebagai agama paksaan, tapi rahmatan lil’ aalamin. Kecuali jika di usik duluan oleh kejahatan. Islam is no dictator. Islam is religion of love. Seperti ucapan hadits Nabi SAW., ” Saya di turunkan sebagai Rosululloh berharap sebagai rahmat. Dan sabda beliau SAW., sambil menggendong cucunya,” Barangsiapa tidak menyayangi maka tidak di sayangi.” Atau misal seperti contoh, ada info bahwa anak-anak orang-orang Ahmadiyah jadi di isolasi pendidikan sekolahnya di Banten. Dan menurut info juga akibat ulah orang FPI. Padahal jika meninjau sejarah sejak kasultanan Banten memerdekakan dari Sultan Demak, terdapat makna bahwa kasultanan Banten adalah pendukung rasa kemerdekaan. Sejarah Mataram pun demikian memperlihatkan ingin merdeka seperti di masa menjadi bawahan Sultan Pajang. Dan dasar hukum Indonesia juga apa di Proklamasi, kalau bukan,” Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.” Riwayat Singkat silsilah Sunan Gunung Jati, Fadilah Khan/ Fatahilah, dan Sunan Ampel Denta dari garis patrilineal Arab dzurriyah cucu Nabi Muhammad SAW., dari Syekh Jamaluddin al-Husain Pada awal tahun masehi 14-ratusan terdapat tiga orang putera dari Sayid Jamaluddin al-Husain, seorang keluarga dekat ( juga menduduki jabatan tinggi pemerintahan) Sultan Sulaeman dari kerajaan Islam Irak berkedudukan di Bagdad. Sultan Sulaeman juga ayahanda Pangeran Panjunan, Pangeran Kejaksaan, Syarifah Bagdad ( Siti Bagdad) dan Syarif Khafidz. Jamaluddin al-Husain ialah seorang keturunan ke-19 dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Syaikh Jamaluddin al-Husain ini juga seorang pejuang da’i Islam penentang penjajahan barat. Di masa pertahanan terakhir dinasti The new "History of Indonesia" graph... The new “History of Indonesia” graphic, intended for use on Wikipedia. Created by Gunawan Kartapranata, 19 June 2009 (Photo credit: Wikipedia) Cordoba jatuh di Granada, Andalusia/ Spanyol, jatuh ke tangan orang-orang Nasrani. Kekhawatirannya pada imprealisme penjajahan barat yang masuk ke Timteng, Asia-Afrika. Karena Jamaluddin al-Husain berkegiatan demikian, putera-puteranya yang rata-rata waktu itu juga mewarisi pengetahuan agama Islam dari ayahandanya, menyebar ke berbagai penjuru Asia-Afrika. Juga sebagai Syarif-syarif Da’i. Yang mencapai tingkat ‘ulama meneruskan ayahnya Syaikh Jamaluddin al-Husein / memiliki ilmu pengetahuan agama Islam melebihi saudara-saudaranya , cuma putera termuda, yakni Ibrohim Zaenal Akbar/ Syekh Maulana Malik Ibrohim/ Sunan Gresik. Di masa itu, sejak masa dinasti Abbasiyah berkuasa, hingga masa Sarasen-Mamluk Saladdin Al-‘Ayub, Syarif/ dzuriyah/ cucu-cucu Nabi SAW yang beragama Islam dan memiliki pengetahuan agama Islam, juga sah setingkat sebagai Qodhi atau Hakim tinggi kedaerahan, di berbagai penjuru wilayah umat Islam. Seperti ada yang di Palestina, dll. Yang menjadi Ulama lebih tinggi lagi tingkatannya. Ketiga orang putera Syekh Jamaluddin al-Husain ialah: 1. Ali Nurrul Alim 2. Barkat Zaenal Alim 3. Ibrohim Zaenal Akbar Major tribes Arabia at the dawn of Islam. Major tribes Arabia at the dawn of Islam. (Photo credit: Wikipedia) Beliau masing-masing setelah cukup cakap dalam ilmu agama Islamnya, merantau untuk berdakwah Islam sebagai misi-misi Islam perorangan Kerajaan Islam Irak/ Bagdad dalam rangka ekspansi agama Islam keluar Kerajaan Islam. Putera sulung, Ali Nurul Alim melintasi laut Merah melalui Ismailiyah menetap di Kairo, ibukota kerajaan Mesir, lambat laun dapat menduduki jabatan tinggi dalam pemerintahan kerajaan Mesir. Barkat Zaenal Alim melalui darat, datang ke Gujarat. Sedangkan Ibrohim Zaenal Akbardatang di Cempa/ Kamboja. Beliau-beliau ini masing-masing telah menetap dan menjadi warga negara di sana. Ali Nurul Alim mempunyai seorang putera yang bernama Syarif Abdulah, setelah dewasa, beliau menikah dengan puteri mahkota Mesir ( kerajaan Mamluk). Setelah Sultan Makhmud, ayahanda puteri mahkota Mesir wafat, puteri mahkota Mesir di nobatkan menjadi Sultana Mesir memerintah bersama suaminya yang kemudian bergelar Sulthon Makhmud Syarif Abdulah. Sultana Mesir tidak lama kemudian wafat tanpa putera. Selanjutnya negara Mesir di percayakan kepada Sulthon Makhmud Syarif Abdulah seterusnya memerintah seluruh rakyat negara Mesir. Ketika Sultan Makhmud Syarif Abdulah pergi mengunjungi Mekah, kebetulan bertemu dengan Rara Santang yang sedang melaksanakan ibadah haji bersama kakaknya Pangeran Cakrabuana. Seketika juga Sultan Makhmud Syarif Abdulah yang tertarik dengan paras cantik Rara Santang puteri Pajajaran peranakan Suralaya/Israil, melamar dan langsung menikah di sana. Cara Islam terbaik adalah langsung lamaran langsung menikah di permudah. Seperti sabda Nabi SAW.,” Permudah jangan persulit soal urusan hajat.” Bukannya mengulur-ulur seperti kelakuan dari perempuan masa kini. Jadinya berbuat zolim juga sebenarnya yang mengulur-ulur, mempersulit urusan hajat termasuk urusan pernikahan. Seperti sabda Nabi SAW., Sesungguhnya malaikat mengutuk perempuan yang menunda-nunda ketika di panggil lelakinya urusan hubungan intim di malam pernikahan. Dan memberinya catatan tambahan di halaman kiri ( dosa sanksi neraka), tiap-tiap kalinya.” Bahkan dosa laki-lakinya yang umat Islam, bisa terhapus akibat tiap di zolimi demikian. Malah perempuan taksiran pasangannya yang semakin bertambah menanggung tambahan dosa akibat perbuatan zolimnya menunda-nunda demikian tiap-tiap kalinya. Jika lelaki belum dapat pasangan isteri satu pun hingga melewati usia lazimnya menikah, maka jadi dosa perempuannya, tiap-tiap kali, tiap-tiap waktunya. Lelaki bujangan boleh merayu, seperti juru dakwah menyampaikan, tapi tidak perlu memaksa. Toh urusan dosa, urusan kesadaran tanggung jawab masing-masing di akhirat. Seperti mimpi Nabi SAW., beliau melihat kebanyakan penghuni neraka yang sedang di siksa ialah perempuan, ada yang rupanya menjadi berkepala celeng dan di cambuk keras terus-menerus, ada yang di gantung dengan dadanya. Sultan Makhmud Syarif Abdulah ini sebagai suami Ni Rara Santang, sangatlah berbeda dengan temuan berita kekinian mengenai laki-laki Arab Saudi, Kuwait, Suriah yang menyiksa atau hingga memperkosa TKW Indonesia. Hingga dzurriyah dari marga Assegaf di Arab Saudi. Terlihat seperti keluarga habib, Nabi SAW., tapi malahan kelihatan tidak mempunyai kebaikannya kakeknya Nabi Muhammad SAW. Entah, mungkin di Arab Saudi demikian ada Arab jahiliyahnya. Atau pada berita Pangeran Kelantan Malaysia Tengku Fahry menyiksa Manohara. Makanya bagi perempuan kini berhati-hatilah memilih tipe orang Arab/ peranakan Arab. Biar kelihatannya kaya, tapi belum tentu baik. Tapi yang jelas peranakan Arab dzurriyah saidin Mamluk-kasultanan Banten, belum pernah ada ditemukan berbuat semena-mena demikian. Malahan Alhamdulillah rata-rata yang sudah menikah/ belum di kenal termasuk baik. Masih memiliki kebaikannya Nabi Muhammad SAW. Bukannya inti hadits, akhlakul karimah ajaran agama Islam adalah kebaikan? Padahal sama-sama cucu ulama, kalau di Banten, ulamanya Syekh Nawawi, yang pernah jadi guru besar di Mekah-Madinah. Walau di jaman kini sebagian besar tidak bersekolah atau setingkat ulama, walau masih ada sedikit di antaranya, walau mungkin kurang rajin/ sempurna ibadahnya mengikut ajaran agama Islam, tapi Alhamdulillah hampir semuanya belum ada yang pernah melakukan kejahatan aniaya demikian ketika sudah menikah atau pada pembantunya. Malahan penulis dapati pembantu keluarga kakak sepupu sudah dekat seperti bibi sendiri. Malahan ketika penulis di tanya sudah lulus kuliah belum, sudah, alm pembantu tersebut malahan menangis bahagia. Sampai empati memperhatikan demikian. Makanya waktu beliau masuk rumah sakit di Bogor, hingga Ibu, kakak dan penulis menunggui semalaman di rs. Ibu kelihatan komat-kamit juga mendho’akan. Dari pernikahannya Sultan Makhmud Syarif Abdulah dengan Ni Rara Santang, melahirkan putera pertama Syarif Hidayatulah Nurruddin ( Pandita Ratu Sunan Gunung Jati), dan kedua Syarif Nurrullah. Keduanya lahir di Mekah. Syarif Hidayatulah Nurruddin lahir 1448 m. Kemudian menyusul adiknya Syarif Nurrullah. Salah satu nama belakang kakak penulis ialah Nurtanto. Walau di KTPnya tertulis Nurwanto oleh kesalahan Lurah setempat, yang kemudian sulit memperbaikinya di catatan identitas KTP. Memang seperti menunjukkan peranakan bangsawan Cirebon-Banten dan Jawa. Jawanya Mataram. Di jaman Presiden Soeharto, tiap anak yang lahir hanya boleh sepanjang 2 nama. Maka bisa menghilangkan gelar Tubagus ( nama gelar bangsawan Banten). Atau Raden hadiningrat, yang kemudiannya di tambah kemudian, dengan pembuktian dari asal-usul sebenarnya. Pak Harto sendiri, setelah naik haji di 1990-an kemudian menambahkan nama depannya menjadi H. Muhammad Soeharto. Kalau anak Sunda-Jawa biasanya di depannya nama Sunda, belakangnya nama Jawanya. Adapun Barkat Zaenal Alim mempunyai seorang cucu yang bernama Maulana Makhdar Ibrohim yang setelah dewasa dan cukup cakap ilmu agama Islamnya, merantau berdakwah Islam dalam rangka kelanjutan misi Islam kakeknya hingga datang di Basem Paseh/Aceh. Beliau di sana menikah dengan puteri mahkotanya. Setelah ayahanda puteri itu wafat, puteri mahkota itu menjadi Sultana di Paseh Aceh dan memerintah bersama dengan suaminya bergelar Sultan Hud/ Sultan Huda. Meninjau sejarah di Paseh ini juga menjadi misteri akan bagaimana kasultanan Samudera Pase dulu kemudian menghilang menjadi beberapa kerajaan Islam, seperti Aceh, Deli, dll. Hubungan sejarah yang di temukan ketika di masa Sultan Zaenal Abidin al-Husain, kasultanan Samudera Pase di gempur Gajah Mada-Mojopahit. Dan kemudian terdapat data sejarah lain, puterinya Sultan Zaenal Abidin, Megat Iskandarsyah menikah dengan Paramisora. Kemudian menjadi Raja Malaka. Dan menurut temuan data sejarah, di masa ayahanda Fadilah Khan, Sultan Hud, masih berstatus kasultanan Samudera Pase. Menurut tulisan dari Prof. Slamet Mulyana, Samudera Pase terakhir ketika di duduki Portugis. Sultan telah mengungsikan anak-keluarganya. Kemudian dari penjara, putera angkat yang masih kerabatnya, Perkasa Alam membebaskan diri dari penjara ayahnya, dan membebaskan Aceh dari pendudukan Portugis. Kemudian Perkasa Alam naik takhta bergelar Iskandarsyah Perkasa Alam menjadi Raja Aceh. Sultan Huda berketurunan 2 orang putera-puteri bernama Fadilah Khan yang lahir di 1490 m. Dan adik perempuannya Ratu Gandasari. Jadi Fadilah Khan/ Fatahilah ini sama dengan adik kemenakannya Syarif Hidayatulah/ Ki Sunan Gunung Jati. Sama dengan adik sepupunya Maulana Hasanuddin, cuma kebetulan lahir duluan Fadilah Khan. Karena berusia lebih tua nantinya Maulana Hasanuddin memanggil kanda pada Fatahilah. Tapi di kedudukan, tetap Maulana Hasanuddin sebagai Sultan, dan Fatahilah tidak pernah mendapat kedudukan Raja, tapi sebagai penasihat kasultanan Banten dan panglima panji Macan Ali, waktu ekspedisi melawan penjajah di Jakarta . Nama Gandasari ini diperoleh dari Pangeran Cakrabuana waktu beliau pulang setelah menunaikan ibadah haji singgah di Aceh memungut anak angkat seorang bayi di beri nama Ratu Gandasari yang selanjutnya menetap dan wafat di desa Panguragan dan bernama pula Ibu Gedheng Panguragan. SYEKH IBROHIM ZAENAL AKBAR MENJADI GURU DAN MENANTU RAJA ANOM DI KAMBOJA Puteri pertama Raja Anom, Dwarawati, menikah dengan Prabhu Kertabhumi di Mojopahit Syekh Ibrohim Zaenal Akbar menikah dengan puteri kedua, Candrawati berketurunan Raden Ali Murtala ( Sunan Burereh) dan Raden Ali Rahmah ( Sunan Ampel) PADA 1464 M SULTAN IRAK SYARIF ABDURRAKHMAN DENGAN PENGIKUTNYA SEBANYAK 1200 ORANG MENDARAT DI PELABUHAN CIREBON ( BUKU SEJARAH CIREBON, HALAMAN 34) 1482 M., MANGKATNYA PRABHU SILIWANGI ( SEJARAH CIREBON HALAMAN 3435) Prabhu Siliwangi setelah 40 tahun ( 1442-1482 m) lama tak berjumpa dengan putera cucunya tertentu ( ialah Pangeran Walasungsang Cakrabuana dan Ratu Mas Santang dan cucu/ Sunan Gunung Jati dan Ratu Mas Pakungwati), Prabhu Siliwangi ingin sekali bertemu dengan beliau-beliau. Pada akhir tahun 1482 m., Prabhu Siliwangi terlebih dahulu mengutus Tumenggung Jagabaya dengan pengiringnya setelah datang di Cirebon dengan sukarela memeluk Islam. Tak sabar menunggu pulangnya Tumenggung Jagabaya dari Cirebon pada tahun itu juga Prabhu Siliwangi dengan rombongan para Pembesar dan sebagian wadyabala Pajajaran berkemas-kemas akan bertolak ke Cirebon. Tapi sebelum berangkat para Wiku Pajajaran yang sangat berpengaruh melarang Prabhu Siliwangi menengok, dan menyarankan beliau meninggalkan istana. Pula di halaman istana Pajajaran di tanami pusaka Sada-Lanang ( Nyere lelaki/ lidi lelaki, ialah cairan bertuah yang berkekuatan meluluhkan tanah menjadi pasir mawur lunak, hingga istana Pajajaran setelah di keluarkan barang-barang isinya melesek masuk ke dalam tanah dan akhirnya melarut lenyap dengan tanah di dalam bumi) agar kratonnya tak tampak. Prabhu Siliwangi kemudian jatuh sakit dan wafat. FADILAH KHAN/ FATAHILAH MENGUNGSI KE DEMAK Salah seorang ulama Islam dari Paseh seorang putera Sultan Huda yang bernama Fadilah Khan, terpaksa mengungsi ke Demak. Sebelumnya ia mengungsi ke Mekah dan Bagdad di samping menunaikan ibadah haji dan mendalami ilmu agama Islamnya bermaksud pula minta dukungan dari Mekah dan Bagdad untuk mengusir balatentara Portugis yang menduduki Aceh. Mengingat tidak tersedianya kapal-kapal dan perlengkapan alat-alat perang dari Mekah dan Bagdad, pula oleh karena terlalu jauh jaraknya, di anjurkan kepada Fadilah Khan/ Fatahilah/ Falatehan di sebutan lidah orang Portugis, untuk datang di Pulau Jawa, oleh karena di Pulau Jawa sudah ada dua negara besar beragama Islam ialah Demak dan Cirebon, yang sedang mencapai kejayaannya waktu itu. Fadilah Khan kemudian tiba terlebih dulu di pelabuhan Moro, Demak. Kebetulan tiba bersamaan penduduk sedang merayakan hari raya Maulid Nabi Muhammad SAW. Fadilah Khan mulanya memilih tinggal di masjid Demak, yang kebetulan juga dekat pantai. Kebetulan pada malam perayaan, terjadi peristiwa kedatangan orang mengamuk dan menjambret. Fadilah Khan datang menolong. Orang mengamuk itu menyabetkan senjata tajamnya ke Fadilah Khan, tapi tidak mempan. Fadilah Khan menyelamatkan korban yang nyaris di jambret. Karena melihat kehebatan Fadilah Khan, membuatnya di masukkan ke prajurit Demak. Sultan Demak III, Trenggono mendengar cerita tentang Fadilah Khan. Fadilah Khan di undang ke istana Demak. Dari pertemuan ke istana Demak, Fadilah Khan bertemu dengan Ratu Ayu Pembayun, mendiang janda Sultan Demak II, Pangeran Yunus, kakaknya Sultan Trenggono. Ratu Ayu Pembayun nampak mengenakan busana hijab dan di tandu, tapi tetap terlihat pesona kecantikannya. Ratu Ayu Pembayun ini juga puterinya Ki Sunan Gunung Jati dari isteri kesekian. Tapi Ki Sunan Gunung Jati tetap menjaga berpoligami maksimal dengan 4 isteri. Karena rahmat ALLOH SWT., Ki Sunan Gunung Jati yang beristeri 4 justru berumur panjang 105 tahun ketika bertemu Fatahilah Mungkin dari data sejarah ini menunjukkan kesehatan pernikahan dan kesejahteraan juga membantu kesehatan usia dan peribadatan. Walau besarnya adalah dari rahmat ALLOH SWT. Dan di data sejarah juga Ki Sunan Gunung Jati juga memanfaatkan usia panjangnya berperanan penting dalam menciptakan pertumbuhan kekholifahan Islam di Jawa. Bahkan dari Cirebon juga meninggalkan tradisi yang maknanya bermanfaat di ekonomi syariah Jawa, yakni tradisi saweran. Hingga ke tradisi kerajaan Banten dan Mataram. Di mana di halaman di kumpulkan penduduk duduk melingkar bersama Raja, mangkubumi dan juru baitul mal, kemudian melingkar estafet membagi-bagikan ghonimah/ maal, jatah harta benda. Maknanya juga soal transparansi/ kejujuran dan keadilan di ekonomi. Tapi setelah Belanda / VOC datang menjajah, dan mulai memasukkan virus korupsi, katebelece dan manipulatif, dan kapitalisme, kapitalisme juga menghasilkan ketidakadilan, yang juga menyelip ke pengertian kebebasan di generasi kini. Kebebasan yang tak bertanggung jawab. Kebebasan tak ideal. Maka turut juga mempengaruhi mental pemimpin bangsa hingga di masa kini. Rakyat juga punya pekerjaan, tapi modal prasarananya yang kurang layak, malah di abaikan, dan di curangi koruptor elit. Seperti yang di sebut penjajahan bangsa sendiri oleh Soekarno. Negara menjadi ”uzur dan sarat kekecewaan. Nutrisi kesehatan sebagian rakyat melemah sakit. Akibatnya ya semampunya, atau lemah daya, atau pasrah saja semrawutan sesukanya, dengan maksiat sembari habis menunggu usia yang semakin bertambah. Karena ibadatpun tidak di dapat kenyataan keseimbangan rahmat sinkron makna peribadatan. Amanat tidak di bayar adil. Jadinya krisis kepercayaan. Bukannya wujud pertolongan/ penuntasan masalah tapi malahan tekanan/ pembebanan. Di masa kini juga bermunculan orang-orang wafat di usia muda. English: Entrance to tomb of Sunan Gunung Jati... English: Entrance to tomb of Sunan Gunung Jati, Cirebon, Indonesia 日本語: スナングヌンジャティの墓の入り口

0 comments: